Sayup
suara adzan ashar mengalun, tidak jelas terdengar karena area tempat
kerjaku memang dikelilingi oleh ruko-ruko padat aktifitas dengan tiga
pusat perbelanjaan besar di seberang jalan. Segera aku mengambil air
wudhu sebelum kesibukan duniawi menjadi penunda salat tepat waktu.
Teman
kerjaku melontarkan sebuah pertanyaan sesaat setelah aku mengambil
air wudhu, “Mbak dulu lulusan Al Islam ya?”
Al
Islam adalah sebuah yayasan sekolah islam terpadu yang terkenal di
kota Solo, dan aku paham mengapa ia menanyakan hal ini. Maklum aku
termasuk bawel masalah salat tepat waktu, menurut pengalaman yang
sudah-sudah jika tidak disegerakan kami akan tenggelam dalam tumpukan
tugas tak berujung, astaghfirullah.
“Hahaa,
aku baru pakai jilbab kelas XI SMA Negeri”
Ekspektasinya
terlalu tinggi terhadapku. Menggunakan jilbab lebar tidak selalu
harus lulusan pondok bukan? hidayah Allah mencakup segala lapisan.
“Dulu
aku pakai jilbab dua kalau tipis, sekarang sering kesiangan jadi
buru-buru deh,” lanjutnya.
Aku
tersenyum, cukup dia menyadari hal itu dulu. Segera aku
meninggalkannya untuk salat, duh lihai sekali setan menggodaku lewat
temanku sendiri.
Percakapan
tadi membuka kembali memoriku tentang pengalaman awal menggunakan
jilbab. Dan salah satu orang yang berperan penting dalam hijrahku
tiba-tiba saja mengirimkan pesan pribadi. Ya Allah, manis sekali Kau
mengajakku untuk bernostalgia.
Niat
awal aku memilih masuk ke SMA ini karena tertarik dengan ekskul
Pecinta Alam, jadi setelah dinyatakan legal menjadi warga sekolah
langsung aku bergabung dengan ekskul tersebut. Sederhana saja dalam
berpenampilan. Kucir kuda beres. Aku duduk semeja dengan teman satu
SD dan SMP dulu, di belakang kami duduk dua lelaki yang “aneh”.
Perkenalan antar siswa baru dimulai, hingga salah satu dari mereka
mulai membuatku “gerah”.
“Hei
Ci, kok kamu ga jilbaban kaya Rere (teman semejaku), katanya temen
lama”
Ohh
ayolah kita belum ada satu minggu berteman, frontal sekali sih dia.
Waktu itu aku hanya diam. Obrolan berlanjut ke topik berbeda.
Esoknya
dia bertanya, “Ci, kamu sering buka Qur'an ga?”
Jujur
saat itu ada masalah dalam keluarga yang membuatku harus berhati-hati
dengan keyakinan yang aku anut.
“Buka
Al-Ahzab ayat 59 deh”
Kedua
temanku selalu diam saat dia mulai menceramahiku. Aku tahu ini pasti
soal jilbab lagi, abaikan saja. Jengah juga jika setiap hari harus
diceramahi seperti ini. Hello... seragam putih abu-abuku baru jadi
dan dia dengan seenaknya menyuruhku membuat yang baru?
Tapi
tiada hari tanpa diskusi dengan mereka, dua teman lelaki “aneh”
itu sangat jenius. Kami berempat selalu mengerjakan soal
bersama-sama, seringnya aku yang minta diajari, ternyata lulus dari
SMP berstandar nasional memang berbeda. Di sela-sela perdebatan kami
dia selalu saja menanyakan perihal jilbab kepadaku,
“Sudah dibaca
belum Ci? Apa bunyinya?”
Arrrgggg....
bisa tidak sih kita melupakan pembahasan itu?
Namun
karena suara berisik dia lah muncul keinginan dalam hatiku untuk
berjilbab. Di lain kesempatan dia menanyakan keikutsertaanku dalam
organisasi islam di sekolah, aku menggeleng, dan menitipkanku pada
teman sebangkuku yang sudah lebih dulu ikut bergabung. Eh,
main titip aja emang akunya mau?
Ada
senyum syukur saat dia kembali mengontakku, menanyakan kabarku, juga
tulisanku hingga berkelakar untuk mengirimkan buku gratis ketika aku
menerbitkan buku. Doa tulus kulantunkan dalam hati untuk kesuksesannya
pula, dia yang sekarang telah menjadi PNS di Tangerang dan
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan sekolah kembali dengan
gratis, sudah kubilang dia jenius.
Tulisanku
telah membuat teman terbaik kembali menyapa. Membawa kembali kenangan
masa putih abu-abu yang penuh cerita. Hanya lewat tulisan jarak
seakan bukan penghalang untuk mengucap kata. Sungguh, menulis adalah
sebuah kegiatan yan penuh keajaiban.
Jadi,
masih menunda untuk menulis?
-----+++++-----
Hai
Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
tidak de jawabku..
BalasHapustidak de jawabku..
BalasHapustidaaaaaak
BalasHapustidaaaaaak
BalasHapusTerkadang orang menganggap jilbab lebar ITU lebih berilmu, sedih saya, kemudian bercermin Dan berkata,kemana aku dulu?
BalasHapusIya bund.. Padahal msih sama tahap belajar.
HapusEhm, jadi sejak kapan ka ci kenakan jilbab? Ehm
BalasHapusAku numpang lewat saja yaa....*ngumpetin blog
BalasHapus