Dongeng Tuan Putri Hujan

3 komentar

Seorang Tuan Putri berdiri di bawah rintik air langit, matanya menerawang jauh ke dalam hutan, ia tak beranjak meski hujan semakin deras. Dedaunan bergoyang mengikuti tiupan angin kencang, mungkin sebentar lagi akan ada topan, namun tak sedikitpun terlihat gerakan yang ia tunjukkan. Ada apa gerangan?

Pada saat yang sama dari dalam hutan Pangeran Marco muncul bersama rombongan berkuda kerajaan, seekor kijang dengan panah menancap memberitakan akan keberhasilan berburu siang ini. Dimana kali kedua Raja Mulia mengijinkan anaknya untuk berburu. Usia 17 tahun dianggap cukup dewasa untuk membawa sendiri regu berburu kerajaan ke dalam hutan.

Pengalaman pertama Pangeran yaitu berhasil membawa dua ekor kelinci selama seharian, kini pulang dengan seekor kijang pasti akan semakin membuat ayahandanya bangga. Senyum Pangeran terus mengembang meski rintik hujan membasahi bajunya juga baju semua regu berburu yang berjumlah sepuluh orang yang sedari tadi regu berburu tak henti memuji kepiawaian Putra Mahkota dalam memanah.

Derap langkah kuda bergemuruh menggoncang seisi hutan, burung-burung kecil beterbangan saat regu berburu kerajaan melewati wilayah mereka, hewan-hewan lainnya bersembunyi di balik pepohonan besar menghindar dari sasaran panah sang pangeran.

Tiba-tiba Pangeran berhenti mendadak saat dihadapannya kini berdiri seorang putri kerajaan, sendirian, membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya. Ia mengitari tuan putri tersebut dengan heran. Benarkah berita yang selama ini beredar, bahwa ada seorang tuan putri kerajaan yang membeku jika ia menyentuh air hujan? Walaupun bukti tersaji di depan mata toh hal ini masih sulit untuk dipercaya.

Kasihan sekali dia, gumam Sang Pangeran.

Parasnya ayu, jika dilihat dari posisi terakhir sebelum membeku menunjukkan bahwa perilakunya anggun. Pangeran tahu itu dan seketika jantungnya berdetak tak menentu saat melihat kedua mata tuan putri yang terbuka, bola matanya berwarna biru bak berlian dari lautan dalam. Namun, mengapa tatapannya menyiratkan kesedihan?

“Pangeran... nampaknya hujan semakin deras, sebaiknya segera kita kembali ke istana,” salah satu pengawal menyadarkannya dari terkaan-terkaan tentang tuan putri.

“Pengawal, apa kau tahu kenapa tuan putri nan cantik jelita ini mendapatkan kepedihan yang memilukan?”

“Maaf Pangeran, tuan putri ini mendapatkan kutukan akibat perbuatannya”

“Kutukan? Perbuatan seperti apa yang kau maksud wahai pengawal?”

“Tuan putri ini sungguh buruk perangainya, ia mencela hujan hingga langit memberikan kutukan. Halilintar akan mengelegar lalu kilat menyambar sebagai tanda kemarahan dan petir merubah tuan putri, menjadikannya seolah patung”

“Tapi pengawal, apa yang telah dilakukan tuan putri?”

“Maaf Pangeran, saya kurang paham. Sebaiknya nanti Pangeran tanyakan langsung kepada Paduka Raja. Saatnya kembali ke istana. Silahkan Pangeran”

“Bagaimana dengan tuan putri ini?”

“Ia akan kembali seperti sedia kala saat hujan reda. Jangan mengkhawatirkannya, kumohon khawatirkan saja kesehatan Pangeran, hujan semakin deras”

Pangeran Marco turun dari kuda, membungkuk di hadapan tuan putri memberi hormat kerajaan sebelum dengan berat hati meninggalkannya sendirian di tepi hutan, dimana hewan buas bebas berkeliaran.

Semoga tidak terjadi apa-apa padamu tuan putri, lirih Pangeran berdoa dalam hati.

Sepeninggal Pangeran dan regu berburu kerajaan, Tuan Putri menitikkan air mata. Tetesan hangat itu membelah pipinya yang membiru kedinginan. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.


Cerita akan berlanjut di masa yang akan datang....


#LiarkanImajinasi
#Tulisyangbaiksaja
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

3 komentar

Posting Komentar