Suara dari Seberang

6 komentar
1 pesan diterima
Hey gadis kecil. Jangan lupa makan.

Aku tersenyum membaca pesan tersebut, kembali perasaan tak menentu menguasai hati. Ada hal yang tidak seharusnya hadir, namun masih enggan untuk menyadari bahwa suatu saat rasa ini harus disudahi.

Godaan untuk segera membalas pesan memang besar, sayangnya kilatan tentang rasa sakit mengurungkan diri berbuat. Ahh, kenapa kita harus dipertemukan saat tak ada lagi kesempatan untuk mencoba? Begitulah, jika kenyataan tidak sesuai harapan seringkali waktu disalahkan.

Pukul 23:00 WIB jelas aku pasti sudah makan, bisa diterka bahwa pengirim sms tidak sedang benar-benar mengingatkanku soal makan malam. Aku tahu betul apa maksudnya. Tengah malam kini di kotanya, tak perlu heran jika ia masih terjaga. Hening malam adalah waktu yang selalu ia dambakan sebab memberikan ruang bagi segala kreativitasnya untuk berkembang. Juga saat yang tepat menyanyikan lagu pengantar tidur untuk “adek kecilnya”, aku.

Dulu aku kira semua tak akan bertahan lama jadi kunikmati saja, mendapatkan perhatian dari seseorang yang mengerti dirimu adalah hal indah yang sedang diburu banyak manusia dan aku hanya perlu duduk manis saat hal itu ditawarkan padaku. Namun ada yang tidak beres, seolah putaran waktu semakin menguatkan “rasa” pada masing-masing kami. Aku mulai menyadari kejahatan yang tengah aku lakukan.

Pernah dengan canda aku berkata padanya untuk memulai hari tanpa ada bayang-banyangku, iya jawabnya. Ia selalu menuruti segala apa yang aku minta namun ia juga mengatakan akan berbagai kemungkinan hati yang terlanjur terpatri oleh desir rasa yang telah bersemi. Baiklah aku akui lemah hatiku untuk menyadari ada seseorang yang terluka karenaku.

Hal gila yang akhirnya kulakukan adalah melanjutkan hari-hari seperti biasanya. Aku masih saja suka setiap pesan-pesan pengingat makan dan istirahat datang berkala, itu hanya pembuka dan kelanjutan cerita setelahnya tak kuat untuk aku ungkap.

Sekarang?

Ahhh, aku rindu mendengar suaranya lagi. Sederhana saja sebenarnya, kubalas pesan itu dan segala inginku akan terwujud. Entah apa yang ia lakukan saat mengantarku terbuai dalam mimpi, ada semangat aneh yang selalu hadir esok harinya. Senyum akan menghiasi wajahku, menjadi pribadi manis sepanjang hari juga semakin menanti sosok itu disampingku.

Sungguh ini tidak boleh dibiarkan, harus dimulai dari mana untuk menyudahinya.

Gontai aku berjalan pelan menuju meja rias, membuka laci teratas dan mengambil sesuatu dari kotak kecil berwarna merah menyala berbentuk setengah lingkaran. Jemariku lama tak berhias apa pun dan kuputuskan untuk membuka identitas diri, jari manisku tak lagi kosong kini ada kilatan emas yang berkilau disana.

Akan kumulai dari sini, tak mungkin lagi untuk terus menawar, harus kusadari secepatnya bahwa hati ini sudah ada yang memiliki.


----------+++++------


Terinspirasi dari seorang kawan yang hobi minum kopi juga menyampul buku. Tidak ada yang salahkan untuk menjadi inspirasi?
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

6 komentar

Posting Komentar