Mojang

8 komentar

Aku termangu, selalu saja begitu. Saat istirahat seharusnya menjadi waktu yang berkualitas bagiku dan teman-teman untuk membicarakan hal-hal lain di luar pelajaran, sesuatu yang menyegarkan dan mampu melepas penat saat jenuh akan suasana kelas melanda. Semua gara-gara gadis pindahan asal Bandung itu, huh.

Kalian itu kayak ga ada kerjain lain deh”

Teman-teman tak memperdulikan ocehanku. Aldi, Dava, dan Renald tetap melanjutkan perbincangan mereka tentang gadis itu. Berselisih tentang informasi mengenai gadis itu. Jadilah aku tak dianggap karena tak tertarik, ahhh... bagaimana bisa perhatian sahabat-sahabatku yang sudah akrab selama dua tahun ini terenggut oleh pesona anak baru yang masih beberapa bulan mengganti seragam putih birunya menjadi putih abu-abu. Menyebalkan sekali. Ini tidak bisa dibiarkan.

Pengecut semua, ga berani ngajak kenalan?”

Aldi melirikku dengan tatapan meledek, “Gila lu, ketahuan ga ngerti banget sih soal Dinda”

Oooohhh jadi namanya Dinda toh. Aldi temanku asli ibu kota yang ikut pindah ke 
kampung ini memang terlihat paling mengerti soal informasi apa pun tentang gadis itu.

Adindaku itu tidak mudah untuk ditakhlukan kawan,” kali ini Dava anak XII bahasa yang selalu mampu menyampaikan sesuatu lewat rangkaian kata-kata indah dan menggoda mencoba mendramatisir.

Jadi nama panjangnya Adinda, terus panggilannya Dinda, gitu?”

Gulungan tisuue yang terletak di atas meja kantin tiba-tiba mendarat manis di pelipisku, “Sekali lagi kau pura-pura jadi orang bloon maka mangkok soto ini yang akan aku lemparkan.” Memang mengerikan sekali ucapan Renald, maklum saja ia didik oleh seorang ayah yang menjadi pelatih bela diri di kota ini. Dulu waktu masuk ke sekolah semua penghuni sekolah sudah menjaga jarak apalagi sekarang saat ia sudah menduduki kursi pada tingkat tertua. Tapi sebenarnya ia teman yang paling ringan tangan.

Kalau cuma ngliatin doang, sampe lulus kalian juga akan penasaran. Ntar pada alesan lagi ga mau lulus gegara tuh bocah.”

Kini aku dapatkan semua perhatian ketiga temanku dengan apa yang baru saja keluar dari mulutku. Tapi buru-buru aku meninggalkan kursi kantin dengan kecepatan penuh sebelum apa-apa yang ada di atas meja berpindah posisi.

Aku harus melakukan sesuatu, semacam hal yang membuat mereka kembali menganggap ada kehadiranku.

Bersambung.....

  
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

8 komentar

Posting Komentar