Kopi Baper

1 komentar

Menit-menit sebelum jam kerja usai selalu aku menyambangi dapur, mencuci gelas dan membersihkan tangan. Sore ini cukup lama aku berdiam di dapur, aroma kopi hitam menahanku untuk berlama-lama hingga percakapan singkat dengan penyeduh kopi membuatku baper.
Baper? Iya benar, Bawa Perasaan.
Jadi awalnya aku menikmati aroma kopi hitam yang masih mengepul sembari melakukan kebiasaanku. Basa-basi pertanyaan terlontar untuk wanita yang sibuk menyatukan kopi, gula dan air panas untuk menyulapnya menjadi minuman istimewa. Bola mataku menangkap gerak-gerik saat tangan tersebut dengan cekatan memasukkan tiga sendok teh penuh bubuk kopi kemudian menambahkan satu sendok datar gula pasir, langkah terakir sebelum mengadukknya ia tuangkan air mendidih ke dalam gelas kira-kira 300 ml.
Ndak pait itu mbak?,” penasaranku membuka pembicaraan
Dah biasa mbak, mintae bapaknya gini”, tersenyum sembari menutup rapat tempat gula.
Ia adalah asisten yang membantu membersihkan kantor sekaligus istri dari salah satu sopir di perusahaan ini. Keluarga kecil mereka tinggal di sisi belakang dapur, terpisah dengan bangunan utama. Putri kecil nan menggemaskan kadang merusuh di kantor saat ibunya sibuk di dapur. Aku dan teman-teman kantor suka sekali menggodanya hingga ia harus berlari membuktikan sebab percaya kami bahwa ibunya akan pergi ke pasar bersama bapaknya, ketika ia tahu kami berbohong selanjutnya adalah tertawa bersama. Gadis kecil yang pintar.
Suaminya adalah pecinta kopi, katanya lelah seharian di jalanan akan terangkat saat kopi pahit mengalir dalam tenggorokannya. Kekuatannya akan kembali pulih dan akan ia gunakan untuk bermain bersama anaknya yang sedang aktif mengenal dunia.
Aku candu aroma kopi, aliran darahku akan merangsang perasaan bahagia ke seluruh tubuh. Tapi jangan pernah menawariku untuk meneguknya, perutku jelas akan memberontak.
Tiba-tiba gelas kopi di depanku terasa begitu manis, dipersiapkan untuk menyambut belahan jiwa yang berpeluh demi keluarga. Imajinasiku melayang, menari mengitari kepala membumbung jauh tinggi ke angkasa.
Entah pujanggaku suka kopi atau tidak, bukan itu intinya. Akan ku sambut hadirnya dengan sesuatu yang membuatnya yakin bahwa bangunan mungil kita nanti bukan hanya tempat pulangnya saat malam menjelang, tempat tidurnya saat kantuk menyerang, bukan pula tempat ia melindungi keluarga kecilnya dari panas juga hujan. Hanya satu hal yang perlu ia yakini, dari sinilah semua kebahagiaan, mimpi, harapan dan cita-cita suci dibangun.
Tentu tidak sekarang, nanti saat waktu mengumumkan kebersamaan kami. Akan kulakukan semua itu dalam jalinan cinta kasih halal yang diridhoi-Nya.


                                                                          Sudut hati yang merindu.
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

Posting Komentar