Selalu
kalah jika beradu kata denganmu. Padahal aku jago membuat kaum adam
melayang dengan ucapan-ucapanku selama ini. Entah kenapa tidak
berlaku untukmu.
Jarak
menimbulkan ragu, tak mengapa. Mesti berulang kali sepakat untuk
yakin namun terkadang muncul alasan untuk sekedar pembuktian.
Tahukah
engkau? Sekuat tenaga kukerahkan untuk merangkai sajak. Mencoba
membuatmu percaya bahwa rasaku sama dengan getaran yang kau rasakan.
Tenang
saja, banyak orang baik yang akan mengajariku menjadi puitis.
Bukankah kau juga terlahir dari kalangan tersebut hai pujanggaku?
Pagi
hadir lagi, membuka mata untuk membalas sapaanmu. Dan kau bertanya
tentang menu hari ini. Ahhh... kau memang banyak maunya. Tak apa, aku
tetap suka.
Peluh
mengucur membasahi pelipis, kau tak perlu tahu hal ini. Sungguh ini
sangat memalukan.
Sekali
lagi... tenang saja … tenang...
Kututurkan
jawaban atas segala gundahmu.
Untukmu
yang disana.
Jika
kau butuh bukti tentang kesetiaanku, tanyakan pada mereka..
orang-orang terdekatku, bapak, mama, kakak, adik juga sahabat-sahabat
dekat.
Tanyakan
pada mereka yang pernah mencicipi hasil masakanku.. simpan sendiri,
rahasiakan aibku.
Tak
apa.. mereka pula yang akan menjadi guru untukku. Mendidik penuh
sabar mengajariku, tak apa.. jika sedikit keras bahkan galak.
Dunia
modern tidak membatasi apapun, namun sungguh aku butuh mereka untuk
mengontrol panas api, memilah beragam sayur yang layak, memastikan
kematangan daging, juga menakar garam dalam arti “secukupnya”
dalam resep masakan. Kasih, memasak tidak sesimpel itu, terlebih
untukku.
Kau
jangan lupa tersenyum disana, wanitamu sedang berupaya mewujudkan
janjinya. Semua akan baik-baik saja. Yang terpenting nama-nama
makanan yang kau suka sudah kukantongi.
Pendidikku
akan memastikan bahwa suatu saat nanti... kau akan menikmati hidangan
favorite
dalam menu makan siang kita.
Ini
romantisme yang aku janjikan.
Berjuanglah
cintaku.. pesanlah waktu agar aku mampu menepati janjiku.
Ini berasa untuk aku hahaha
BalasHapusIni berasa untuk aku hahaha
BalasHapus