Pagi
hadir lagi dan Kira tidak menyambutku seperti biasanya.
“Mau
kuanter ke UKS?”
“Aku
ga sakit”
“Tumben
diem?”
Tidak
ada jawaban.
“Marah
sama aku?”
“Ya
begitulah”
Sejak
kapan orang marah tapi deket-deket? Ada yang ingin ia sampaikan namun
terhalang rasa ragu. Tak peduli saja ahh, siapa juga yang butuh.
“Mau
kemana?”
“Toilet”
“Ikut”
Kira
tahu, aku tidak benar-benar pergi ke toilet. Kami berjalan ke arah
kantin dalam diam. Tiba-tiba dengan sengaja aku memutar arah dan
terkikik mendengar ia mengumpat. Fokusnya tidak
disini. Aku masih tak peduli, jika tiba di kelas nanti ia tak juga
mau berbicara maka aku pun tidak akan bertanya. Sudah kubilang aku
tak peduli.
“Kemarin
aku kena tampar Kak Frans”
Ini
jelas menghentikan langkahku, namun bertahan untuk tidak merespon.
“Kau
tak ingin tahu apa penyebabnya?”
Aku
mengangkat bahu.
“Cuma
ingin tahu dimana rumahnya tapi aku malah diterbangkan dan mendarat
di antara rerumputan, tenang saja tidak terluka.”
Tanpa
Kira tahu, aku menyimpan apa pun yang ia katakan.
“Kak
Frans bisa saja melukaimu lagi. Aku merasa ada ketakutan atau
semacamnya yang menguasai pikirannya, bisa jadi jiwanya sakit.”
“Aku
sudah tahu.”
“Apa?
Kak Frans benar sakit jiwa?”
“Anggap
saja seperti itu, jika kau mendekatinya lagi kau akan ketularan dan
menjadi gila juga.”
Kira
bergidik.
Semoga
ucapanku mampu membuatnya untuk tak mencari informasi lebih tentang
Kak Frans, aku tak ingin ia berada dalam masalah. Terlebih aku tak ingin ia tahu siapa sebenarnya Kak Frans.
Bersambung...
Ahhhh lagi seru baca keburu bersambung de. Eh maaf ciani.
BalasHapusWeh...seruuu ini...
BalasHapusSiapa sebenarnya kak Frans?
BalasHapusDiamnya peduli sebenarnya hahha
BalasHapusNice kak, lanjutkan 😊
Ka frans penjahat kelas kakap kah? Hii ngerii,
BalasHapusDuhh...jgn deket2 kak Frans,, >.<
BalasHapusMulai dah bikin penasaran.
BalasHapusada apa dengan frans
BalasHapus