Senandung Cinta Ibunda

4 komentar
Nak..
Maafkan jika ibu mengatur jam malam mu
Raga ini tak lagi cukup mampu untuk menjaga tubuhmu

Nak..
Maafkan bila kau terganggu dengan pesan singkat yang ku kirim
Karena hanya cara itu aku menyampaikan rindu hati

Nak...
Maafkan kalau lelakimu sering ibu tanyai
Sebab ia yang akan menggantikan tugasku suatu saat nanti

kress... kresss....

Ku remas coretan-coretan pena di atas kertas ini yang awalnya akan kuajukan untuk mengikuti lomba puisi nasional. Otakku tiba-tiba berhenti, mencerna setiap kata yang kurangkai indah untuk mencuri hati para juri.

Seindah inikah caraku mengartikan setiap perlakuan-perlakuan ibu? sekuat inikah caraku memahami maksud dari segala larangan-larangan beliau?

Aku tersentak dari lamunan saat memori ku memasuki dimensi ruang masa lalu.

Kami memiliki dua rumah yang dipisahkan oleh ladang yang lumayan luas, jika penat aku suka sekali menghabiskan waktu di rumah belakang, rumah kosong yang kami gunakan hanya sebagai gudang, namun sisi kanannya dulu sempat disulap ibu menjadi kebun kecil penuh dengan sayur-sayuran seperti cabai, terong, tomat dan kangkung. Sisi tersebut tidak memiliki atap sehingga sinar mentari dan air hujan bisa leluasa melewatinya.

Adzan magrib sayup-sayup terdengar dari desa seberang, aku masih enggan beranjak, semilir angin membuaiku hingga imajinasiku tentang alam tak lagi terbendung.

Krekk...

"Ni... masih lama disini?"

Ibu datang menjemputku dan aku menggandeng tangannya untuk meninggalkan segala khayalanku. Ada desir hebat kala kurasakan seperti tak ada sekat antara tulang dan kulit beliau yang tipis.

Kenapa ia menjemputku?

Karena kini hanya itu cara beliau menunjukkan kasihnya, sebab ia tak berdaya menjemputku saat kuhabiskan waktuku di kota.

***

Ibu... aku rindu kampung...
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

Posting Komentar