Hewan berbulu yang kata orang lucu, penurut, manja tapi bisa bikin good mood, siapa lagi kalau bukan kucing. Sayangnya tidak denganku, jangankan menyentuhnya melihat lewat gambar saja aku tidak tertarik. Ternyata aku mengidap Ailurofobia.
Fobia Kucing atau Ailurofobia
Ketidaktertarikanku pada kucing sudah ditahap fobia. Aku merasa terancam jika melihat kucing, bahkan walau dari jauh. Sebenarnya bukan takut dicakar atau dikejar tapi lebih tidak bisa terima jika bersentuhan dengan bulunya. Eh tapi kan semua badan kucing berbulu, nah itu dia. Disaat para pecinta kucing membanggakan “majikannya” akan bulu-bulunya yang lembut dan lebat aku justru sebaliknya. Semakin merinding dengan bulu-bulu yang ikut bergoyang seiring tingkah polah kucing.
Rasa fobiaku masih tahap rendah, hanya degub jantung yang semakin meningkat namun masih bisa dikondisikan. Bahkan aku dapat menahan diri untuk tidak kabur ketika ada teman yang dengan bangga dan penuh percaya diri menggendong kucing dekat denganku. Alarm di kepala tetap menyala, waspada!
Tidak mengganggu sih, aku bahkan bisa acuh dan lewat begitu saja jika ada kucing kampung berkeliaran. Untungnya di daerahku tidak terlalu banyak kucing.
Waktu berlalu dan tiba-tiba takdir membawaku pindah ke luar kota ikut suami. Di sini begitu banyak kucing berkeliaran. Mitosnya kucing justru akan mendekati orang yang tidak menyukainya dan kenyataannya memang begitu, adaaaaa saja kucing yang datang dan bertahan di depan rumah, huhuuu. Ujian pernikahan ini ada-ada saja.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar fobia kucing ini membaik. Apa saja ya?
Terapi Fobia Kucing
Cara dibawah ini dilakukan oleh dokter untuk membantu pasiennya agar tidak lagi takut menghadapi kucing.
1. Cara yang pertama dengan Exposure therapy dimana terapis akan memperlihatkan atau memaparkan objek yang ditakuti oleh pasien secara bertahap agar pasien bisa mengendalikan rasa takutnya saat berhadapan dengan kucing. Cara ini dinilai paling efektif.
2. Cara kedua yaitu terapi perilaku kognitif, Terapi ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan cara pasien menghadapinya. Bersama dengan dokter, terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir pasien menjadi lebih positif terhadap kucing.
3. Cara ketiga yang bisa dicoba adalah dengan obat-obatan. Dokter juga dapat memberikan obat-obatan jika gejala sangat mengganggu aktivitas, seperti obat anticemas golongan benzodiazepine.
Ketiga cara di atas berdasarkan dari artikel yang aku baca di web Siloam Hospitals.
Apakah aku melakukan salah satu cara di atas? Tidak, sebab tidak semua penderita ailurofobia memerlukan pengobatan/terapi.
Lalu, apakah aku masih sangat terancam dengan keberadaan kucing? Jawabannya Tidak Lagi, yeaaaayy. Eh kok bisa?
Penyebab Ailurofobia
Penyebab Ailurofobia memang belum pasti, namun diyakini bahwa pengalaman traumatis terhadap kucing dimasa lalu adalah penyebabnya, misal pernah dicakar, dikejar atau menyaksika oranglain diserang kucing.
Fobia pada hewan biasanya berkembang pada masa anak-anak, selain itu faktor genetik dan lingkungan juga berperan. Namun ada juga beberapa orang yang fobia walaupun tidak memiliki trauma terhadap hewan tersebut.
Ternyata aku masuk kategori yang terakhir. Kucing baik padaku, tidak pernah memberi luka apalagi trauma sayangnya dia berbulu. Jadi masalahnya ada di bulu.
Aku sangat takut sekali pada ulat bulu, bisa nangis kalau melihatnya. Nah ini ulat bulu kecil, bayangkan kucing yang berbulu lebat itu berapa kali lipat besarnya? Wkwkwk, nulis bagian ini masih merinding euy.
Aku terapi mandiri untuk tidak takut pada ulat bulu, bahkan sudah berani membunuhnya. Walau jika bisa meminta, tolong Ya Allah jangan pertemukan hamba dengan hewan kecil berbulu ini.
Nah, ternyata setelah mengatasi fobia ulat bulu, perlahan aku bisa menerima kehadiran kucing. Bisa mengelus bulunya, berbincang dengannya dan memberinya makan. Namun untuk memeliharanya tidak mau, bukan karena fobia tapi malas menambah kesibukan dunia, hhhaa. Saat ini aku sedang mode malas, kasian kan kucingnya jika tidak terurus.
Tidak Suka Bukan Berarti Menyakiti
Sedih ketika membaca berita beberapa orang yang memusnahkan kucing dengan cara bejat dan tanpa belas kasih. Aku memang tidak begitu suka kucing namun bukan berarti membenarkan tindakan orang untuk semena-mena dalam memperlakukan kucing, mentang-mentang dia hewan.
Hewan memang lemah dibanding kita manusia, namun tindakan tak bermoral yang menyiksa hewan justru harusnya membuat kita sebagai manusia berakal malu untuk melakukannya.
Kini, jika kalian memamerkan kucing kesayangan kalian padaku pasti aku akan ikut memuji, namun jangan paksa aku untuk menggendongnya ya. Aku belum cukup mental untuk itu.
Plot twist-nya adalah suamiku sama fobia kucing tapi kedua anak kami sangat menyukai kucing. Memang ya, cobaan berumah tangga itu diluar logika.
Kalian bagaiamana nih?
Posting Komentar
Posting Komentar