Aku? Ya, cah klaten.
Jujur, minder tenyata hidup diantara hamparan sawah yang luas ini. Dulu sewaktu masih sekolah di bangku SMA, ada kakak dari Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang melakukan PPL-KKN. Sebagai anggota Osis yang sering berinteraksi dengan mereka maka sedikit banyak aku menjadi local tour guide juga.
"Yuk, nonton bioskop."
Aku diam sejenak menanggapi ajakan mereka.
"Eh, di Klaten ada bioskop ga sih?"
Yupp, itulah alasan kenapa aku diam. Sampai tulisan ini dibuatpun tidak ada tanda-tanda bahwa Klaten hendak mendirikan gedung bioskop.
Sempat tersenyum sih saat ada beberapa yang mengatakan bahwa Klaten adalah gudangnya beras. Beras Delanggu sangat terkenal pulen, wangi dan enak rasanya. Yah, itu aja yang berulang kali mereka utarakan untuk membesarkan hatiku.
Apa iya ini yang membuat beberapa teman memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke kota tetangga? Apa benar Klaten tidak punya apa-apa untuk dibanggakan selain berasnya?
Oh ya ketika sudah lulus sekolah dan pergi ke luar kota, beberapa orang pun kebingungan ketika aku menyebut Klaten sebagai kota asal. Mereka baru mengangguk paham ketika mendengar penjelasan bahwa kota tersebut dekat dengan Solo. Heeemm...
Waktu berlalu, aku masih setia di kota ini. Hingga kesibukan menenggelamkanku tentang eksistensi Klaten. Ahh, untuk apa lagi mempermasalahkannya.
Lalu beberapa kesempatan membuatku tersadar. Kegiatan nasional maupun internasional yang seringkali diselenggarakan di Solo dan Yogya bisa dengan mudah aku datangi. Yaaa, aku berada di tengah kan? tak terlalu jauh untuk ke utara atau pergi ke selatan.
Mungkin Klaten belum siap untuk menjadi tuan rumah banyak acara besar. Biarlah tetap begitu. Tetaplah menjadi kota yang menawarkan kedamaian dengan berbagai macam pilihan wisata alamnya. Kini, siapa tak kenal Umbul Ponggok, Janti-kawasan makan pecel lele-? Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Ijo? Masjid Al-Aqsha Klaten? Bukit kapur jimbung? Dan masih banyak lagi yang aku sendiri kewalahan dalam mengingatnya.
Tetaplah menjadi tempat pulang bagi jiwa-jiwa yang rindu aroma batang padi, mata yang mampu memandang pelangi tanpa terhalang, kucuran air dari sumber aslinya juga hangat nasi dari butir padi terbaik.
Haru menyeruak. Kelak jika aku pergi, tentu akan sangat rindu. Maafkan sempat meremehkanmu, Klaten tetap di hati, menyinari hari-hari dengan jargon kotanya, Bersinar, Bersih Sehat Indah Nyaman Aman Rapi.
Tetaplah menjadi tempat pulang bagi jiwa-jiwa yang rindu aroma batang padi, mata yang mampu memandang pelangi tanpa terhalang, kucuran air dari sumber aslinya juga hangat nasi dari butir padi terbaik.
Haru menyeruak. Kelak jika aku pergi, tentu akan sangat rindu. Maafkan sempat meremehkanmu, Klaten tetap di hati, menyinari hari-hari dengan jargon kotanya, Bersinar, Bersih Sehat Indah Nyaman Aman Rapi.
Tapi banyak wisata yang keren deh di Klaten. Jadi pengen ke sana
BalasHapusSaya pun tahunya Prambanan itu termasuk Jogja.... 😊😊😊
BalasHapusKlo aku perbatasan klaten sleman, ci..tapi masih masuk sleman
BalasHapusJadi pengen ngunjungi Klaten...dan pengen nyicipin berasnya juga
BalasHapus