Tangan kiri mencengkram erat rak-rak buku, ada celah cukup lebar antara rak, ini saatnya melarikan diri.
Satu... dua... bersiap berbelok dan
Bukk....
Buku ditangan kanan Aini tergeletak di lantai, hampir ia berteriak untung saja kedua tangannya reflek menutup mulut. Otaknya masih mencerna kejadian ini saat lelaki dihadapannya memukulkan pinggiran buku tebal ke kepala, Aini mengaduh pelan.
"Kebiasaan..."
Aini sempurna sadar, ia telah kembali ke dunia nyata.
"Kenapa pakai jalan-jalan sih kalau baca novel fantasi?"
Aini menggeleng. Tak ada suara yang keluar.
"Otakmu jangan melulu diisi gituan, gila lama-lama. Tahu?"
Aini mengangguk. Tubuhnya menegang, tak bergerak sesenti pun.
"Tuh, tanda-tandanya jelas, ga bisa ngomong kan?"
Aini masih mematung, lelaki itu menghela napas pelan.
"Awas, aku mau lewat."
Aini tidak bergeser, masih beku di tempat yang sama.
"Mau aku tabrak?"
Aini mengangguk sedetik kemudian menggeleng namun tetap tak bergerak.
Lelaki itu menyerah, menepuk dahi, akhirnya mengalah memilih memutar mencari jalan lain.
Bukan... bukan lelaki itu yang membuat Aini tak mampu berkata-kata sebab dihadapannya, kurang dari dua ratus meter, hewan sebesar sapi dengan sayap di kedua sisi tubuhnya tengah memamerkan taringnya.
Baguuuss. 😍
BalasHapusWaww come true??
BalasHapusSapi peranakan mana tu dik ci
BalasHapus