Sekolah
siang ini begitu lengang, tiga puluh menit berlalu sejak bel tanda
pulang sekolah berbunyi. Aku masih di sini, duduk sendiri di depan
lab fisika yang menghadap ke lapangan utama. Menunggu Monica yang
ingin pulang bersama tapi ia masih sedikit ada perlu dengan anggota
teater yang lain.
Monica,
bukan teman sekelasku tapi kami cukup akrab. Awal pertemuan kuingat
saat awal Masa Orientasi Siswa, ia kalang kabut sebab pita merah
putih untuk menguncir rambutnya kurang satu, jatuh entah dimana. Aku
menghampirinya dan menyerahkan pitaku, tenang bukan aku baik hati
tapi memang di dalam tas karungku tersedia banyak pita. Aku suka pita.
Rasa terima
kasih dengan berlebihan ia tunjukkan, dengan mentraktirku makan di
kantin, menyerahkan coklat dengan banyak taburan kacang almond juga berjanji akan
membelikan bros bunga cantik untukku.
“Tidak
usah.”
“Kau
harus mau.”
Aku
mengangguk dan ia tersenyum.
Kedekatan
kami semakin erat sebab ternyata berada dalam satu kelas yang sama,
XF. Sayangnya berpisah karena kelas XI ia memilih jurusan bahasa
untuk mendalami Inggris sedang aku memilih jurusan IPA karena
bercita-cita menjadi guru matematika kelak, seperti ayahku.
Jarak kelas
yang cukup jauh tidak mengurangi kualitas persahabatan kami. Sesekali
saat istirahat entah yang pertama atau kedua kami habiskan untuk
pergi ke perpustakaan, ia meminjam novel sedang aku mendalami rumus
barisan dan deret aritmatika.
“Hey,
bacalah novel ini. Ijinkanlah otakmu untuk melihat cinta bukan hanya
angka.”
“Cinta
itu apa?”
Monica
menepuk pelan dahinya lalu mengetukkan ujung telunjukknya di atas
meja, menimbulkan suara berisik hingga beberapa siswa menoleh kesal
kepada kami. Aku meringis sambil menangkupkan kedua tanganku di depan
dada, simbol permintaan maaf.
Jika pada
istirahat pertama dan kedua kami tidak bisa bertemu maka sebuah
keharusan untuk pulang bersama sampai pertigaan jalan raya,
tempat menanti bus, jaraknya 300 meter dari gerbang sekolah. Saat
berjalan itulah canda tawa, keluh kesah tentang apa pun terurai
menjadi jembatan ikatan yang semakin lekat. Di pertigaan itu nantinya aku
dan Monica harus berpisah sebab arah rumah kami tidak searah. Monica
tinggal di Ceper sedang aku di Kartasura, tak jauh dari kampus IAIN
Surakarta.
Seringnya
saat berangkat sekolah pun kami bertemu di pertigaan tersebut, jadi
bisa jalan bareng menuju sekolah.
Aku hampir
saja menemukan jawaban untuk soal ke tiga puluh saat Monica menepuk
pelan pundakku, “Hey, nunggu lama Ci?”
“Enggak
dong, ada aritmatika yang nemenin, hhii.”
“Mampir
toko buku yuk?”
“Mau cari
apa?”
“Inspirasi
buat lomba tingkat kabupaten.”
“Wahh...
bakal temenan sama artis nih aku.”
“Hhaa...
kamu mau jadi manajerku nggak?”
“Enggak.”
“Kenapa?”
“Bayarannya
kecil, hhii.”
Itulah
Monica, gadis periang yang pandai bermain peran. Ia dipilih menjadi
ketua teater setelah mendapatkan 80% suara. Aku? Penonton terdepan
yang akan selalu hadir saat ia pentas, di manapun, di sekolah itu
pasti, di Balaikota Solo, Gor Gelarsena, dan banyak tempat lainnya.
Kami sudah
melintasi gerbang saat Monica menanyakan keadaan nenekku.
“Gimana
kabar nenek?”
Raut
wajahku berubah, nenek adalah orang terkasih yang jasanya tak mampu
kubalas dengan apapun. Darinya aku belajar bahwa mencuci baju itu
harus dibilas dua kali dengan air bersih, jangan lupa untuk dikucek
agar tak ada sabun tersisa dan kegiatan mencuci di sendang adalah
hal yang paling kurindukan mengingat tiga bulan ini sejak nenek
mengeluhkan rasa sakit pada perutnya menghalangi kami naik turun
tangga menuju sendang.
“Kata dokter nenek kena liver, ada cairan yang terus bertambah
hingga membuat beliau seperti orang hamil.”
Monica merangkulku, "Ada aku.”
Aku menyeka air mata.
Entah bagaimana Tuhan Maha Baik telah menghadirkan Monica untuk
selalu disampingku, menjadi penyangga setiap keluh kesahku. Thanks
God.
Nantikan kelanjutan cerita pada puzzle selanjutnya...
Monica lucu yah. Gajilnya kecil heheh
BalasHapusAseek.. duet part 2 berlanjut..
BalasHapuskereeen
Oke ditunggu
BalasHapusBaiklah... gelar tiker dulu kalau begitu :D
BalasHapusDuh duet lagi, kapan atuh duet dalam kehidupan aslinya?
BalasHapusEh...