Anak Gunung vs Anak Mama

2 komentar
Haiii... Ada yang suka mendaki gunung lewati lembah? Bagaimana pengalaman pertama?

Melelahkan? Itu pasti. Menakjubkan? Tidaklah mengherankan. Tidak percaya diri bahwa akhirnya mampu? Banyak yang baru menyadarinya.

Bukan... Bukan itu sebenarnya. Tapi pengalaman untuk mendapatkan ijin orang tua. Ssttt, kawan aku bocorkan satu rahasia bahwa sebagian besar pendaki pemula tidak pamit kepada keluarga dengan alasan takut tidak mendapatkan ijin. Ini jangan ditiru ya, sebab gunung adalah alam liar, tempat yang tidak bisa diprediksi, apa pun bisa terjadi. Nah, dengan restu orang tua semoga bisa menjaga setiap langkah kita.

Aku pun begitu, di awal mama tidak memberikan ijinnya namun kebetulan pada hari H beliau berada di luar kota. Saat itu senior ke rumah untuk menjemputku dan memintakan ijin pada bapak. Hhoo, kau harus tahu bapakku mudah sekali memberi ijin pada setiap keinginanku.

Selamat sampai di rumah tidak lantas memudahkan mama untuk mengeluarkan ijin pada pendakian-pendakianku selanjutnya. Tapi heran, mama selalu percaya pada senior yang datang untuk membujuknya. Yuhuuu, beberapa pendakian berhasil dilaksanakan dengan restu mama, tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Kini, mama yang sering pergi ke luar kota selalu mengandalkanku untuk menemaninya. Alasannya konyol, mau tahu?

Mama selalu menyiapkan oleh-oleh yang tak terkira untuk saudara atau cucu yang akan dikunjungi. Dengan adanya aku semua barang bisa terangkut ke dalam satu gas gunung dengan kapasitas 60 liter. Begitupun jika saudara membawakan mangga hasil panen pohon sendiri, maka mama akan mengiyakan, tak perduli berpuluh-puluh buah mangga tersebut beratnya bisa mencapai 10 kg. Belum lagi oleh-oleh yang lain.

Aku hanya meringis saat beliau berujar, "Bisa, Ciani kan anak gunung."

Sekarang, saat malam menjelang beliau sering mendatangiku, menggodaku, "Nggak naik gunung lagi, Ni?"

Tersenyum, mama mengatakan hal itu sebab tahu benar bahwa aku lebih memilih untuk menatap layar laptop hingga tengah malam dibanding berburu sunrise di puncak gunung.

Tiba-tiba pikiran jahil melintas, "Ma, temenku ngajak ndaki semeru satu minggu"

Mama ber-O pendek kemudian sibuk dengan ponsel dalam genggaman, ahh aku paham itu hanya alibi saja.

Hhii... Bagaimana bisa beliau bangga menyebutku anak gunung namun sulit sekali memberikan ijin untuk mendaki?
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

2 komentar

  1. Aku suka gunung Dan laut...pengin ndaki bromo euy dik ci

    BalasHapus
  2. aku anak apa yah,,,,??? yang pasti bukan nk ayam #ehhh

    BalasHapus

Posting Komentar