Nad, aku
kerumahmu sekarang ya?
Lama aku
pandangi pesan yang memenuhi layar ponsel.
Ping!
Ping!
Ping!
Aku
nggak di rumah, balasku
Dimana?
Di
taman
Aku
kesana sekarang, tunggu.
Suasana hatiku sudah tak lagi mendukung untuk
melanjutkan novel yang kugenggam. Pandangan mata menyapu luasnya
taman dengan beragam warna-warni bunga yang menarik.
Taman kota di siang hari, dengan terik mentari
adalah perpaduan yang sempurna untuk perasaanku yang kacau balau. Tak
banyak orang berlalu lalang, hening. Serangga-serangga beterbangan
seolah berpesta nektar dari satu bungan ke bunga yang lain.
Mungkin dua puluh menit lagi Damar akan tiba
dan itu membuatku berulang kali harus menarik napas panjang. Baiklah,
sekarang waktunya. Aku tak mau berlama-lama merasakan sakit ini.
“Haiii....”
Senyum itu mengejutkanku dari sisi belakang.
Rasanya belum ada 15 menit.
“Kaget ya? Maaf aku ngebut keburu
kangen”
Biasanya aku akan menceramahinya panjang lebar
tentang keselamatan lalu lintas tapi selalu ia abaikan. Barulah
mengangguk berjanji tak mengulangi saat kuutarakan rasa khawatirku.
“Ada apa?”
“Bulan depan aku mau ke eropa”
“Berapa lama?”
Matanya berbinar, hapal benar dengan pertanyaan
pertamaku setiap ia mengatakan akan melakukan perjalanan.
“Kali ini nggak akan lama, hanya 16 hari,
tahan rindumu ya. Rombongan yang kubawa ini para pejabat negara,
mereka tidak mau diberitakan yang tidak-tidak jika berpergian terlalu
lama ke luar negeri, hhaaa. Aku tak peduli, selama mereka memakai
jasa tour and travelku”
16 hari kurasa waktu yang cukup lama, heemmm.
“Kau mau oleh-oleh apa?”
Aku menggeleng.
“Perjalanan kami akan dimulai dari Jakarta
menuju Frankfurt, esoknya lanjut ke Munich mungkin tengah malam
langsung ke Vienna menginap tiga malam disana. Tiga hari selanjutnya
akan kami habiskan di Prague, dan oh ya Amsterdam, kami akan menginap
dua hari di Amsterdam sebelum kembali ke Frankfurt dan pulang ke
Jakarta”
“Dam, aku mau pulang”
Perhatian Damar langsung beralih sepenuhnya
padaku, mencoba menelisik kesalahan pada gadis di depannya.
“Sudah sejak pagi aku disini, aku mau pulang”
“Nad, ada masalah?”
Aku menggeleng.
“Pasti ada, cerita dong, aku mendengarkan”
“Aku capek”
“Sakit?”
“Capek sama hubungan kita”
Kepala Damar miring beberapa centi, mengamatiku
dengan seksama, “Aku melakukan kesalahan?”
“Bukan kau tapi aku”
“Kau? Salah apa?”
“Salah menaruh harapan berlebih padamu”
“Heiiii.... heiii.... ada apa ini?”
“Aku tersiksa Dam, bahkan kau tak tahu itu,
kau tersenyum bahagia bersama orang lain, menikmati perjalanan
menyenangkan, mengabaikan rasa rinduku yang harus menunggumu
berbulan-bulan dan itu terus berulang”
“Aku kerja, Nad. Lagi pula kita sering
berkomunikasi kan, tak pernah seharipun aku lupa bertanya kabarmu
lewat skype”
“Aku mau pulang”
“Tidak bisa”
Mataku terpejam, semoga tak ada tetesan hangat
yang membelah pipiku,
“Damar, aku tak lagi punya kekuatan untuk
berjauhan denganmu”
Hening sesaat tercipta diantara kami.
“Jadi kumohon biarkan aku pulang sekarang”
“Maksudmu kita sudahi semua ini?”
Gelengan lemah menjadi jawabanku, tak tahu
harus bagaimana. Gontai melangkah menuju pintu keluar. Tak ada
tanda-tanda Damar mengejarku, baiklah ini semua telah berakhir.
Pintu keluar taman di depan mata, puluhan
langkah sudah menjelma menjadi sekat untuk kebersamaanku yang lalu
dengan Damar. Semoga engkau mengerti bahwa sungguh aku tidak ingin
jauh darimu bukan ingin berpisah denganmu.
“Nadaaaaaa......”
Senyum merekah di wajahku, suara Damar mengalun
lembut bersama semilir angin di siang yang kering ini.
Napasnya naik turun, tangannya memberi isyarat
agar aku berhenti melangkah. Di depanku kini perlahan ia merendahkan
tubuh, mengambil rumput liar yang tumbuh sepanjang jalanan berbatu.
“Tunggu yaa.... tunggu sebentar”
Beberapa rumput tercabut dan dibuat sedemikian
bentuknya hingga menyerupai cincin. Masih terengah-engah dia
mengansurkan cincin dari rumput tersebut tepat di depan wajahku, “Kau
tak perlu lagi jauh dariku, berjanjilah untuk membersamaiku kemanapun
pekerjaan akan membawaku”
Burung-burung
pun bernyanyi
Bunga-bunga
pun tersenyum
Melihat
kau hibur hatiku
Hatiku
mekar kembali
Terhibur
symphony
Pasti
hidupku kan bahagia
----------++++-----------
Lagu : Symphony yang Indah - Once
Dik ci cerpenya semakin keren aja
BalasHapusmba ciani selalu kerenlahh
BalasHapusini jangan jangan harapan terpendam de cili nih...eh...
BalasHapusini jangan jangan harapan terpendam de cili nih...eh...
BalasHapus