Gadis Sendu episode sembilan belas

2 komentar
Kisah sebelumnya bisa dilihat di sini


Pelajaran telah usai sejak satu jam yang lalu, suasana perlahan mulai lengang. Sesekali melintas satu atau beberapa siswa yang masih memiliki keperluan di sekolah. Ruangan guru telah kosong pun dengan semua ruang kelas. Angin menerbangkan suara samar dari lapangan basket yang tersembunyi di sudut sekolah, bulan depan sekolah mereka akan mengirimkan atlet-atlet terbaik untuk pertandingan basket nasional.
Menghadap taman buatan yang kecil namun terawat dengan warna-warni bunga menjadikan tempat duduk dari semen ini sebagai favorit siswa untuk bercengkrama, juga tempat yang pas menghabiskan siang melelahkan yang terasa lebih panjang dari biasanya.
Kira masih terdiam sesekali melirik gadis disampingnya yang tertunduk lesu, sorot matanya kosong, wajah sendu itu menghadirkan pilu pada relung jiwa. Sudah beberapa kali ia melemparkan guyonan untuk menarik simpati gadis itu, gagal.
Desuu paham benar ia telah membuat lelaki disampingnya canggung, tapi salahnya sendiri yang ngotot untuk menemani orang gundah yang entah kapan akan beranjak pulang. Ia tak hanya sedih dengan kenyataan akan Kak Frans, betapa ia telah menaruh harapan besar kepada laki-laki itu. Juga bagaimana caranya menyampaikan salam perpisahan pada partner gilanya ini.
Emmm... Mau aku beliin sesuatu?” Kira tak henti mencoba .
Perhatian kecil ini sudah berlebihan, akan semakin perih luka yang Desuu tinggalkan untuk seseorang yang selalu ada disisinya saat bagaimanapun suasana hatinya. Belum genap enam bulan mereka bersama, namun enggan rasanya beranjak dari kenyamanan yang ditawarkan Kira.
Kira menopang dagu, ia menyerah untuk mencoba. Ia akan diam saja, sampai Desuu sendiri yang menyuruhnya untuk bicara.
Sepuluh menit berlalu dan tak ada tanda-tanda Desuu akan membuka pembicaraan.
Dua puluh tiga menit berikutnya, masih sama. Senyap.
Kira berdiri, ia tak betah berlama-lama duduk tanpa gerakan seperti Desuu, membuat kebas kaki-kakinya. Bagaimana bisa fakta akan Kak Frans membuat Desuu macam patung.
Desuu juga berdiri membuat Kira sedikit mengulum senyum, bukan patung ternyata.
Sudah mantap hati Desuu untuk mengutarakannya saat ini, segala resiko sudah ia pikirkan matang-matang.
Kira, aku ingin kembali ke kota.”
Rasa kebas kini menhujam hatinya, ucapan macam apa ini.
Desuu, sudah kubilang di awal bukan... bahwa memang kau tak pantas memiliki perasaan berlebih terhadap anak jalanan macam Kak Frans.”
Bodoh, Kira mengumpat dalam hati. Tak seharusnya ia menggoreskan luka baru di atas luka yang masih menganga, lirih ia berbisik, “Maaf...”
Senyum getir tergambar jelas, Desuu hanya menunduk meyakinkan hati kecilnya tentang kebenaran ucapan Kira.
Tujuan awalku tinggal sementara di desa ini sudah terlaksana.”
Tunggu, maksudmu?”
Ya.. sejak awal aku sudah mengerti tentang perilaku Kak Frans dan satu-satunya jalan untuk membantunya adalah mengembalikan ia pada jalan yang benar. Dan untuk itu semua aku memerlukan bantuanmu.”
Aku tidak merasa membantumu.”
Rasa ingin tahumu membuka banyak informasi yang aku butuhkan.”
Kira memijit lembut keningnya, mencoba mengingat apa yang telah ia lakukan untuk Desuu.
Bergabungnya kita di Osis membuat Kak Frans menyadari kehadiranku di dekatnya, penguntitanmu meyakinkannya bahwa aku tidak main-main untuk janji yang telah terucap sebelum memutuskan untuk pindah ke desa.”
Oooh, itu karena keinginanku semata, kau tidak pernah memintanya.”
Karena aku sudah tahu kau akan melakukan ini.”
Terima kasih karena telah membuatku merasa berguna.”
Aku akan kembali besok siang.”
Kira mengacak-acak rambutnya, gemas. Entah apa yang mesti ia lakukan. Tak mungkin menahan gadis ini, atas dasar apa? Tapi jika membiarkannya pergi maka semangat hidupnya juga ikut lenyap.
Kira, percayalah kau hanya perlu beberapa malam untuk melupakan semua, jadikan niat awalku untuk memperalatmu sebagai sumber kebencian nyata yang tak ada penyangkalan.”
Kira mendesah pelan, konyol mana bisa semudah itu. Dalam hati ia menyumpahi Kak Frans yang begitu bodoh menyia-nyiakan perhatian berlebih dari gadis sendu yang tengah menahan air matanya agar tak tumpah.
Besok jam 9 pagi aku dan Ical akan mengunjungi Kak Frans di panti sosial, setelah itu Ical akan mengantarku ke stasiun untuk keberangkatan kereta jam 11 siang. Aku pamit pulang, semoga sisa harimu menyenangkan. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini. Sampai jumpa.”
Tuhan... kenapa saat akan berpisah baru kau ijinkan Desuu untuk panjang lebar dalam berbicara. Beberapa kalimat dalam satu tarikan napasnya, yang begitu menggembirakan hatiku namun justru berisi ucapan selamat tinggal.
Kira tak berniat mengejar Desuu yang semakin jauh, ia masih begitu terkejut tentang kenyataan bahwa hari-hari setelah ini tak kan sama lagi. Tunggu, kenapa Desuu harus menjabarkan kegiatannya besok?


Bersambung....
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar