Aku
sudah mengenalnya tujuh tahun yang lalu namun mulai akrab dua tahun
belakangan ini, pertemanan ku dengannya telah bermetamorfosis menjadi
sesuatu yang erat, dibutuhkan dan sepertinya dia pelengkap hidupku
yang butuh teman melaju.
Pertemanan
kami layaknya sesuatu yang tak perlu diberitakan agar semua orang
paham, karena sesungguhnya ikatan ini tercipta juga diam-diam,
haahaa. Tak saling menampakkan kala kami bersama dengan teman yang
lain, hanya ia tiba-tiba datang kerumah, menculikku dan kami
bercerita hal sepele yang entah kenapa memang harus diceritakan.
Berpikir
ada yang aneh? Atau kalian sebenarnya bingung kemana arah pembicaraan
kita ini? Baiklah...baiklah...
Aku
dan dia tidak sama, satu-satu nya kesamaan kami adalah bahwa kami
memiliki jam malam yang panjang, ketika yang lain terlelap aku dan
dia bercengkrama menembus gelap malam, menikmati hening dan juga
saling bertahan untuk tetap terjaga hingga sang fajar memaksa yang
lain untuk membuka mata. Dan seringnya aku yang mengaku kalah, disini
aku curiga bahwa jangan-jangan ia turunan vampire yang terbiasa hidup
di malam hari dan tidur di siang hari. Sayangnya kecurigaanku belum
terungkap hingga kini, saat kesempatan untuk membuktikannya tak lagi
terbuka lebar.
Yah,
jarakku semakin jauh dan terus melebar menjadikan jurang pemisah di
antara kita kian dalam hingga entah cara bagaimana lagi
untuk dapat menyambungkan kedua sisinya. Aku terlalu pengecut untuk
sekedar berada di tebing dan meneriakkan namanya, sebenarnya sudah
beberapa kali kucoba namun tidak tepat di bibir tebing karena aku
begitu takut akan tergelincir dan semakin dalam menuju kegelapan saat
menyadari dia tidak bersama ku lagi.
Mungkin
teriakanku tak mencapai hatinya hanya berdengung masuk telinga kanan
dan segera meninggalkannya lewat telinga kiri. Tanpa membuatnya
menoleh ke arahku. Kini ku lihat ia tak lagi berjalan namun berlari
secepat yang dia bisa menjauh dariku dan tanpa menoleh kebelakang,
peduli apa dengan orang yang dengan sengaja melukai hatinya, merobek
setiap kepercayaan yang telah diberikannya, juga harapan tinggi yang
ia gantungkan padaku, benar ini mutlak kesalahanku.
Dulu
sebelum aku meretakkan tanah ini dan perlahan membentuk lubang hingga
jurang terbentang diantara kita, dia pernah dengan sungguh-sungguh
memintaku untuk membantunya menjaga hati rapuhnya dari orang yang ia
sebutkan namanya, namun saat itu aku berada pada posisi yang tidak
memungkinkan untuk berpihak pada salah satunya. Orang itu yang ia
sebutkan namanya adalah teman seperjuanganku yang aku pun telah
banyak berhutang budi padanya, rumit sekali. Bermalam-malam aku coba
untuk mencari jalan keluar terbaik hingga sebuah keputusan yang
hingga kini begitu kusesali tercetus di malam dingin tanpa bintang.
Ku
kira ia adalah teman yang akan memaklumi segala tingkahku dan ku
harap begitu pula untuk kasus ini, maka aku melanggar janjiku yang
satu ini, ahh ku kira akan baik-baik saja karena sebelumnya ia tak
pernah sedikitpun marah jika aku melanggar perjanjian kita
sebelumnya. Namun, rupanya ini masalah besar untuknya, ia telah
memintaku berulang kali dan aku mengabaikannya. Aku lebih
mendahulukan ego ku dan rasa hutang budiku ketimbang terhadap ia yang
bersusah payah menjadi tempatku berbagi segala hal saat yang lain
hanya mengangguk
tanpa membuka telinga untuk mendengarku lebih.
Kini..
tak ada lagi percakapan-percakapan sepele ku dengannya, bertahan
untuk bersama rembulan hingga mentari menduduki singgasananya juga
acara keluar kami yang begitu kurindukan.
Salahku...
tak ada ampunan... kepercayaannya yang begitu besar telah ku
campakkan dengan sengaja. Ku sadari bahwa sesungguhnya aku lah yang
telah menenggelamkannya kedasar samudra gelap namun
yang terjadi adalah
aku yang
membutuhkan cahaya meski kakiku
berdiri tegak di bawah
sinar terik sang surya.
Rumit, nah aku malah tenggelam dalam kata2mu mbk.
BalasHapusSerumit saat aku merasakannya, hhaa
HapusRumit, nah aku malah tenggelam dalam kata2mu mbk.
BalasHapusKenapanya qku ngga ngerti apa yang dibahas, lebih terlena dalam lautan kata2 yah. Kereeen mba
BalasHapusHhaa... Sama.. Aku juga ga mudeng, mksii bang gilang
Hapushhmmm, siapakah dia?
BalasHapushhmmm, siapakah dia?
BalasHapusDia... Dia.. Dia..
HapusAhh Mbak Lisa, apa kunamakan aktorku DIA saja ya ??
ini cerita persahabatan bukan?
BalasHapusBetulll sekaliii...
HapusRapi sekali tulisannya,
BalasHapusAlurnya jg keren ..
Rapi sekali tulisannya,
BalasHapusAlurnya jg keren ..
Wow....koq aq bisa merasakan feel mbak ciani yach....keren mbak..namun apa krn kita punya kisah yg mirip yach....wkwkwk...(#curcol)....btw bagus mbak story n kata2 e...hingga membuatku terbenam dlm samudera kisah kasih (/opo sahabat yooo????
BalasHapusbaru selesai baca maraton bbrapa ceritanya mbak, tapi menurutku, satu ini yang sukses bikin baper hehehe, ini cerita nyata mbak ?.kalo nyata, sekarang gimana tuh hubungan sama temennya ? ^_^
BalasHapusEh, terima kasih sudah mampir...
HapusHubungan kami aman terkendali, mencoba dr awal lagi.. Dan tidak mudah, hhaa
wah, semoga sukses mbak, trus siapa tuh yang mulai mendekat lagi, mbak ciani atau temennya ?.
HapusDibuat cerita lanjutan dong mbak buat yang ini hehee
Hhee.. Mksii ya masukannya.. Terharu nih..
Hapus