Kepingan Rasa Puzzle 8

4 komentar
Silahkan baca dulu puzzle sebelumnya di sini


Sebagai siswa baru aku harus benar-benar menjaga sikap juga prasangka terhadap orang-orang yang ke depan akan lebih sering berinteraksi, teman satu kelas.

Oh ya, murid laki-laki yang tadi pagi mengataiku kini berdiam diri di kelas, tak ada tanda-tanda ia akan keluar untuk sejenak melepas penat. Aku sendiri menolak ajakan Agni untuk ke kantin sebab ibu sudah membawakan bekal, ini pelan-pelan ibu kenalkan engkau pada makanan Bandung, begitu kata beliau. Bukan aku termasuk orang yang pilih-pilih makanan namun yah seorang ibu akan memberikan hal terbaik untuk anaknya bukan?

Saat di kelas hanya ada kami berdua, tak ada yang bisa aku lakukan, jikalau ia berniat untuk melakukan hal aneh terhadapku maka aku akan berteriak keras, pasti tak lama teman-teman di luar kelas akan segera membantuku. Ahh, pikiran buruk ini kenapa harus datang.

Bekal yang ibu bawa aku letakkan di atas meja, lupa apa saja nama makanan ini padahal baru saja tadi pagi ibu memperkenalkannya padaku. Ada beberapa, terbuat dari singkong namun di dalamnya berisi sambel oncom, lalu ada juga parutan singkong yang berisi gula merah. Sebenarnya makanan ini tak jauh berbeda dengan jajanan pasar yang sering nenek belikan. Tapi tetap saja rasanya tidak sama.

Takjub akan makanan di depanku hingga tak kusadari murid laki-laki itu sudah berada di bangku depanku, mau apa ya?

Bukan tak segera membalas sapaannya namun aku benar-benar sedang berpikir kapan ia beranjak kemari. Detik berikutnya ia mulai dengan sikap yang tak kalah menjengkelkan, niat hati tak ingin meladeni tapi rupanya ia gigih membuatku kesal.

Bayangkan saja dengan modus aku yang meminta ia memperkenalkan diri, Gilang. Nama yang bagus tapi tidak untuk sikap menyebalkannya. Tak berhenti disitu dalih aku yang memaksanya untuk mencicipi bekal malah dengan lahap ia tak meyisakan apa pun untukku.

“Laper apa doyan?”

Ia mendongakkan kepalanya lalu menjawab tanpa malu, “"Bekal makanmu lumayan enak."

Aku tersenyum, entah firasatku mengatakan bahwa ia anak baik-baik mungkin hanya bingung bagaimana cara memulai untuk bersosialisasi. Melihatnya terpejam sebentar sebelum mencicipi makanan namun akhirnya ia tandaskan kukira ia sedang berdoa juga saat ia terdiam menikmati makanan dengan lahap, adab makan yang mengharuskan untuk tidak berbicara selagi mulut terisi.

Ya Allah, semoga ke depan ia tidak menjengkelkan, semoga.

Gilang, sang ketua kelas sedikitlah ramah terhadapku.



*** 
Nantikan kelanjutan cerita pada puzzle berikutnya...
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

Posting Komentar